Senin, 10 Oktober 2011 - 0 komentar
Tugas

 Bahasa Indonesia (softskill) 1

RAGAM BAHASA

Apa itu Ragam Bahasa ?
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

RAGAM BAHASA BERDASARKAN CARA PENGUNGKAPANNYA , DIBAGI MENJADI 2 DIANTARANYA :
  1. Ragam bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
1)    Memerlukan kehadiran orang lain ;
2)   Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;
3)   Terikat ruang dan waktu;
4)   Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Kelebihan ragam bahasa lisan :
1)    Dapat menatap langsung ekspresi orang sebagai lawan pembicara.

2.     Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
1)    Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2)   Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
3)   Tidak terikat ruang dan waktu;
4)   Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kekurangan ragam bahasa tulis :
1)    Terjadi kesalahan tanggapan antara pembaca dan penulis.
2)   Kurang jelas penyampaian makna yang dimaksud.


RAGAM BAHASA BERDASARKAN WAKTU PENGGUNAAN , YAITU :
1.     Ragam bahasa Indonesia lama

Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri  ragam bahasa Indonesia lama masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu . Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia. Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia :
1)    Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,
2)   Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa,
3)   Keikhlasan suku daerah lain ,dan
4)   Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan

2.     Ragam Bahasa Indonesia  Baru
Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda
Pada 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini melalui pertumbuhan dan perkembangan bahasa yang beriringan dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia.


RAGAM BAHASA BERDASARKAN BIDANG FUNGSIONAL , YAITU :
a. Ragam bahasa ilmiah

Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:
1). Bahasa Indonesia ragam baku,
2). Pengunaan kalimat efektif;
3). Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4). Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan
menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
5). Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga
objektivitas isi tulisan,
6). Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan
Antaralinea.
b. Ragam Bahasa Sastra

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna  konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
c. Ragam Bahasa Iklan

Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan propogandis.

d. Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh istilah dalam bidang kedokteran.

Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1. Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam bahasa lisan :
- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Menteng.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan tanyakan soal itu
.
b. Ragam bahasa Tulis :
- Nia sedangmembaca surat kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Akan saya tanyakan soal itu.
2. Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam Lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
 
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.
a. ragam standar,
b. ragam nonstandar,
c. ragam semi standar.

Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a. topik yang sedang dibahas,
b. hubungan antarpembicara,
c. medium yang digunakan,
d. lingkungan, atau
e. situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
•?penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
•?penggunaan kata tertentu,
•?penggunaan imbuhan,
•?penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
•?penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.

Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh :
(1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
(1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok

Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar.
Contoh :
(2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pĂ«mbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.



- 0 komentar
TUGAS
Bahasa Indonesia (softskill) 2
PENYEBARAN INFORMASI MELALUI JEJARING SOSIAL

Apa itu jejaring social?
Jejaring Sosial atau Social Network adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari individu-individu yang diikatkan dengan satu atau lebih jenis hubungan, baik itu teman, sekolah, daerah, kesukaan, dan lain-lain.

Umumnya jejaring sosial berfungsi untuk mengkoneksikan tiap individu dalam sebuah jaringan. Menjaring teman yang memiliki kesamaan spesifik maupun memperluas pergaulan. Saya mempunyai akun di beberapa jejaring sosial terbaik. Mengapa saya mengatakan terbaik ? Karena social network yang sering saya buka atau akses selama ini. Mungkin anda, sudah familiar dengan beberapa jejaring sosial berikut ini.                                                                                                                                                                                    Facebook
Jejaring sosial buatan Mark Zuckerberg ini merupakan situs social network paling saya gemari. Karena memiliki banyak fitur yang bukan sekedar situs pertemanan saja. Terdapat fitus permainan, mengajak anda bermain dengan teman-teman dan orang yang belum anda kenal di belahan dunia lain. Saya sering bermain game di facebook, ketika suntuk menunggu pelanggan. Fitur aplikasi juga yang membuat facebook memiliki nilai lebih. Melalui aplikasi NetworkBlogs, saya dapat menyebarkan artikel ini.

Plurk
Social network ini terbilang unik. Bentuk tampilan berupa timeline atau garis waktu. Status anda terlihat berurutan berdasarkan waktu. Keunikan jejaring social Plurk, terletak pada emoticon. Anda bisa mengupdate status atau mengometari menggunakan emoticon. Plurk memberi motivasi kepada penggunanya untuk senantiasa update status dengan memberi hadiah berupa Karma. Semakin tinggi karma, maka pengguna tersebut mendapatkan emoticon extra. Selain emoticon, pengguna Plurk dapat menggunakan gambar sebagai pengganti emoticon. Jika anda tertarik silahkan.

Twitter
Istilah yang sering saya dengar dari jejaring social ini adalah kicauan. Social network ini paling cocok buat pengguna mobile. Karena berbasis teks 140 karakter, sehingga ringan buat gadget atau mobile phone. Twitter sangat bagus buat penyebaran informasi. Beberapa infomasi lebih dahulu saya dapatkan melalui kicauan. Tetapi menimbulkan efek kebanjiran kicauan. Sehingga informasi lama tenggelam akibat informasi terbaru.

Google+
Google+ atau Google Plus adalah situs jejaring sosial baru keluaran Google. Masih dalam masa uji coba. Untuk sementara pengguna baru bisa menikmati Google+ melalui undangan. Social network ini memberikan privasi pada update status. Sehingga anda bisa mengupdate status khusus ke teman tertentu. Beberapa fitur lain tak jauh beda dengan Facebook. istilah yang dipergunakan cukup unik Aliran dan Lingkaran. Aliran adalah status-status teman anda. Lingkaran merupakan pengelompokan teman-teman anda. Jika anda tertarik mencoba Google+, silahkan mencobanya.

Masih banyak situs jejaring sosial lain, tetapi hanya beberapa yang sering saya gunakan. 4 situs ini merupakan jejaring sosial terbaik menurut saya untuk saat ini. Mari menjalin pertemanan melalui social network. (MT)
Penyebaran informasi mengenai info mudik !!!!

Perkembagan jejaring sosial memang bukan trend sesaat, menjelang mudik hari raya dan liburan tahun ini, berbagai informasi seputar mudik dan info perjalanan lainnya bisa kita dapat dengan mudah lewat akses gadget dan ponsel pintar. Beragam situs jejaring sosial yang ada dan populer saat ini, seperti Facebook dan Twitter dapat saja digunakan oleh mereka yang ingin mudik untuk mendapatkan berita terbaru dan terhangat secara terus menerus setiap waktu (real time). Hadirnya akun umum atau publik di Twitter misalnya, tetap mendapatkan perhatian yang layak dari penggunannya. Sejalan dengan itu telah mengubah proses penyebaran informasi dari media dan bergerak dalam linimasa. Akses dan kecepatan penyebaran informasi dalam akun publik disertai dengan kemudahan penggunaan menjadi pendorong orang ramai-ramai menggunakan dan memanfaatkan media-media online dewasa ini.

Salah satu faktor berbagai akun publik dan layanan umum memiliki “pasar” di Indonesia salah satunya karena jumlah pengguna jejaring sosial yang besar di Indonesia yang menjadi salah satu alasan media online ini dilirik sebagai pusat penyebaran informasi. Dan lagi-lagi yang menjadi tantangan bagi sebuah akun publik adalah mengenai seberapa intens melakukan penyebaran informasi atau update yang diberikan untuk pengikutnya (followers) dan informasi apa yang diberikan sehingga bermanfaat bagi penggunanya. Dengan kemudahan tagar (hastags) di Twitter, Anda yang mudik bisa saja mengetik #mudik atau #infomudik dengan format yang mengadung kata mudik dan tinggal mencari daerah yang ingin dituju. Beberapa akun Twitter seperti @infomudik, @mudik, @pantaumudik, @infomudikllaj, @pulkam, @tipsmudik, dan lain-lain sebagainya, Atau jika ada berada di sebuah daerah misalnya juga bisa mengikuti info akun tersebut, seperti @iloveaceh, @infobdg, dan info lainnya.

Sedangkan untuk pengguna Facebook, fitur update status menjadi fasilitas yang sangat mudah untuk menanyakan pada orang-orang atau teman-teman yang berada di daerah tersebut. Jadi, tidak salahnya untuk bermain dan memanfaatkan jejaring sosial disaat mudik![] Sebagai negara tropis yang rawan akan datangnya bencana, Indonesia mau tidak mau harus tetap waspada dalam melakukan penanganan bencana. Penanganan yang bersifat tanggap darurat menjadi prioritas utama untuk menekan jatuhnya korban jiwa. Untuk itu, kebutuhan informasi yang akurat, cepat, dan mudah dijangkau sangat diharapkan untuk membantu penanganan bencana secara menyeluruh.

Beberapa bulan yang lalu, secara berurutan beberapa bencana besar telah meluluhlantakkan sebagian bumi Indonesia, diantaranya banjir bandang di Wasior, tsunami di Kepulauan Mentawai, serta Erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta dan sekitarnya. Banyak kesulitan yang dihadapi oleh pemerintah dan relawan terkait dengan proses penanganan bencana yang harus segera dilakukan saat itu. Diantaranya karena lokasi bencana yang sulit dijangkau, medan yang sulit dilalui karena efek bencana, kurangnya koordinasi dalam penyaluran informasi, serta minimnya peralatan evakuasi. Selalu ada pro dan kontra dalam menangani setiap permasalahan yang ada. Kenyataannya, hal ini justru akan menambah ruwet proses penanganan bencana jika tidak diselesaikan secara bijak. Misalnya dalam hal evakuasi korban bencana, distribusi bantuan dan logistik secara merata, serta kesigapan pemerintah dalam menentukan prediksi pascabencana. Sebagai contoh, untuk melakukan evakuasi korban dan melaporkan situasi terakhir medan bencana, tentu diperlukan alat komunikasi yang handal sebagai media koordinasi. Seperti dilakukan oleh warga sekitar yang terhubung melalui Kompak Merapi, penggunaan handy talkie (HT) sangat membantu komunikasi dan usaha pemantauan. Akan tetapi, usaha tersebut kurang mendapat dukungan nyata dari pemerintah, misalnya dalam penyediaan alat komunikasi dan bantuan operasional lainnya.

Peran media informasi kian tangguh dalam penyebaran informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Jika dahulu media hanya sebatas radio, televisi, dan media cetak yang masih terkesan searah, maka sekarang komunikasi dapat dilakukan dua arah. Masyarakat menjadi sigap dalam melakukan umpan balik ke penyedia informasi. Akibatnya, pemerintah dinilai kalah cepat dengan kepedulian masyarakat dalam masalah penanganan bencana, terutama dalam hal distribusi bantuan. Kecanggihan media telekomunikasi dan informasi telah mampu digabungkan menjadi satu kemasan. Hasilnya muncul berbagai aplikasi jejaring informasi dan sosial yang mudah diakses melalui berbagai perangkat telekomunikasi portabel. SMS, telepon seluler, dan internet saling dikawinkan untuk membantu pengelolaan distribusi bantuan ke daerah-daerah yang sulit dijangkau.

Dengan pemanfaatan media tersebut, para relawan tidak perlu terlalu lama menunggu instruksi dan bantuan dari pemerintah. Banyak masyarakat independen yang tergerak untuk bahu-membahu kepada saudaranya yang sedang tertimpa musibah secara sukarela. Sebab, bagaimanapun juga para korban dan pengungsi lebih membutuhkan bantuan secepat mungkin tanpa mewajibkan syarat yang berbelit-belit. Twitter dan Facebook Salah satu studi kasus yang menarik untuk dibahas adalah ketika terjadi bencana Erupsi Merapi. Bencana yang mungkin terjadi secara beruntun dalam sekali periode, tidak seperti banjir dan tsunami yang sesekali terjadi. Melihat pandangan ilmiah pakar kegunungapian, ketika itu diramalkan bahwa efek erupsi akan berlangsung selama beberapa minggu, sehingga diinstruksikan agar warga harus bertahan di dalam pengungsian hingga keadaan benar-benar aman. Kebutuhan informasi tentang bantuan dan pendataan pengungsi semakin dicari seiring dengan semakin luasnya peta persebaran pengungsi di daerah sekitar lingkar Merapi. Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dengan generasi digitalnya, mulai memanfaatkan kesempatan tersebut untuk beraksi menyediakan penyaluran informasi, bantuan, dan tenaga secara virtual. Baru kemudian disampaikan ke pihak yang membutuhkan secara nyata. Melalui sistem penggalangan bantuan dan penyediaan informasi yang terorganisir, pengelolaan penanganan bencana menjadi lebih efektif tanpa campur tangan pemerintah. Buktinya, beberapa hari setelah gencar tanggap bencana erupsi diberitakan, dengan berbagai inisiatif, warga mulai menggalang kepedulian melalui jejaring informasi dan sosial populer. Sebut saja Posko Jalin Merapi (Jaringan Informasi Lingkar Merapi), yang pada awalnya hanya membuat web yang berisi foto terkini keadaan Merapi dan radio streaming yang terhubung dengan relawan pemantau melalui HT, pada akhirnya disempurnakan dengan membuat akun Twitter @jalinmerapi, akun grup Facebook Jalin Merapi, serta portal khusus Jalin Merapi yang beralamat di www.merapi.combine.or.id. Sukiman Mochtar Pratomo, warga Desa Deles, Kecamatan Sidorejo, Klaten, yang berjarak hanya 4 kilometer dari puncak Gunung Merapi dan 1 kilometer dari Sungai Woro yang telah dibanjiri lahar dingin, adalah salah satu pengelola akun Twitter @jalinmerapi.

Pengamatan visual dari jarak dekat memang beresiko tinggi. Tapi Sukiman dan relawan lain telah empat tahun melatih diri dengan standar Search and Rescue (SAR). Dalam waktu cepat, akun ini telah diikuti lebih dari 30 ribu followers. Mereka mengelola komunikasi dua arah dan membagi info krusial seputar Gunung Merapi [Malik, 2010]. Lain lagi seperti yang telah dilakukan oleh Saptuari Sugiharto, seorang pengusaha muda sukses yang bergerak di percetakan digital. Jejaring sosial Facebook dan Twitter dimanfaatkan olehnya sebagai wadah bersosialisasi dan menggalang dana bencana Merapi sehari setelah Merapi meletus tanggal 26 Oktober lalu. Ia mengajak teman-temannya untuk ikut berbagi. Pada awalnya ia hanya berharap memperoleh uang satu hingga dua juta saja beserta sejumlah barang. Namun, setelah dua minggu kemudian, hasilnya cukup mencengangkan, halaman Facebook dan Twitter-nya mampu meraup bantuan lebih dari 170 juta rupiah [Sucahyo, 2010]. Tidak hanya sampai di situ, Saptuari berusaha memindai seluruh kuitansi belanja dan memotret proses penyerahan barang bantuan kepada korban. Seluruh teman Facebook atau follower di Twitter-nya diberi kesempatan untuk dapat mengakses halaman yang dibuat secara khusus untuk transparansi bantuan tersebut.

Keterbukaan inilah yang membuat donatur percaya dengan usaha Saptuari, selain akuntabilitas dirinya sebagai seorang pengusaha muda ternama. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan jejaring informasi Twitter dipermudah dengan euforia kemunculan perangkat telekomunikasi yang mulai merakyat. Di dalamnya dimanjakan dengan fitur-fitur khusus yang mengarah ke penggunaan jejaring informasi dan sosial, sehingga pemakainya dapat melakukan update informasi secara real time. Sebut saja gadget-gadget portabel seperti Blackberry dan smartphone lain yang sudah banyak mendukung aplikasi seperti Twitter dan Facebook. Facebook dikenal sebagai jejaring sosial yang dapat melakukan berbagai macam interaksi. Tidak hanya melakukan update informasi, tetapi juga mampu membentuk sebuah forum diskusi yang sederhana. Peran Facebook lebih banyak berisi tentang penggalangan bantuan dan share informasi seputar berita terkini antar sesama anggota grup.

Kemudian anggotanya saling menanggapi dalam bentuk komentar maupun pemberian reputasi/rating like. Seperti cara pengumpulan dana bantuan yang dilakukan oleh Alfia Innayati. Bersama kawan-kawannya, ia membuat grup di Facebook dengan nama Komisi Pemuda Keparakan Peduli Merapi. Mereka menyebarkan keberadaan grup tersebut untuk menggalang dana dan bantuan logistik dari kawan sekolah dan rekan kerja yang terhubung mudah melalui jaringan sosial Facebook. Bahkan, bantuan hingga didapat dari seorang warga Belanda yang mengirimkan uang senilai 150 Euro untuk dua bayi kembar yang turut menjadi korban bencana Merapi [Sucahyo, 2010]. Revolusi penggunaan jejaring informasi dan sosial menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk menyikapi bencana. Facebook dan Twitter telah merubah cara manusia untuk saling berhubungan dan memanfaatkannya untuk saling berbagi. Dalam pemanfaatannya, media tersebut telah mampu membuktikan diri menjadi arena berbagi informasi yang tidak bisa dianggap remeh.