Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan
sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui
sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.
Dalam pendidikan
formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif
sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan
pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam
prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang
memuaskan dibutuhkan proses belajar.
Proses
belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang
penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997
:105) belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu
dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat
mewujudkan cita-cita yang diharapkan.
Belajar
akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk
mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya
penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang
mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil
belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk
mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang
disebut sebagai prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996 :178) adalah:
“
Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana
dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang
siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam
belajar.”
Proses belajar di sekolah
adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang
berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar,
seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam
belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang
optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat inteligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Kenyataannya,
dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang
tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi
tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa
yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih
prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi
bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan
seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman
(2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi
kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan
lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient
(EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Dalam
proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak
dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional
terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya
kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ
merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002).
Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational
intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja,
melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa .
Hasil
beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur
neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970)
menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu
mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan
keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir,
mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi
agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja(Goleman, 2002 : 17).
Memang
harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami
keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak
mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia
mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang
dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ
sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi.
Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi
belajar seseorang.
Kemunculan
istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang
mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel
Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap
kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan
IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan
emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002:44).
Menurut
Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional
life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya
(the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial.
Menurut
Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan
dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya
secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan
emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber
masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi
namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat
sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak
mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan
dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,
dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi.
Goleman, Daniel. (2004).
Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih
Penting Daripada IQ). Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel, Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000
Selasa, 27 November 2012 -
0
komentar
Mengapa Kecerdasan Emosional Itu Penting?
Sepuluh Kepribadian Orang Sukses
Suatu KESUKSESAN memiliki banyak definisi dan variasi tolok ukur. Beberapa dari kita meyakini, bahwa kesuksesan berarti mencapai posisi tertinggi di kantor, variasi lainnya bermakna memiliki kecukupan finansial tertentu. Ada sebagian lagi mewujudkan kesuksesan sebagai sebuah predikat penghargaan dari kolega dan khalayak atas prestasinya. Dari bermacam definisi dan tolok ukur itu, satu hal yang dapat disimpulkan bahwa kesuksesan merupakan pencapaian impian melalui sebuah proses terstruktur dan terencana. Contohnya, si A mendefinisikan sukses jika dia mampu mencapai manajer pemasaran di tempat kerjanya. Usaha untuk “memuluskan” kesuksesan tersebut, A memutuskan untuk belajar kembali di institusi pendidikan S2 dan mengikuti beberapa seminar pemasaran. Tentu saja, banyak hal yang perlu dipersiapkan, baik itu material dan sikap pribadinya. Bentuk material berupa dana dan waktu merupakan hal yang pasti harus dipersiapkan, lalu perlu juga ditunjang dengan sikap pribadi dalam menyikapi proses pencapaian kesuksesan itu sendiri.
Merujuk kepada Jennie S. Bev yaitu seorang konsultan, entrepreneur, penulis dan edukator bertempat tinggal di San Francisco Bay Area dan merupakan seorang Indonesia yang “sukses” berkompetisi pada iklim “ketat” Amerika. Beliau mengedepankan 10 unsur kepribadian seorang sukses (baik dari segi keuangan dan prestasi) yang berdasarkan pada komunikasi dan pergaulannya dengan para billionaire dan beberapa pengusaha sukses. Sepuluh sikap itu adalah sebagai berikut:
Satu, keberanian untuk berinisiatif. Kekuatan yang sebenarnya tidak lagi menjadi rahasia atas kesuksesan orang-orang terknenal yaitu mereka selalu punya ide-ide cemerlang! Seorang Donald Trump yang “mendunia” karena superioritasnya di bidang Real Estate awalnya berproses dari status bangkrut dan akhirnya berpredikat Raja Real Estate, adalah contoh dari seorang yang jenius dan berani berinisiatif. Kita tentu mengenal serial TV The Apprentice, kontes Miss Universe, Online University bernama TrumpUniversity.com, bahkan di negara asalnya boneka Donald adalah sebuah icon dan produk laris selain buku-buku bestseller-nya. Dan inisiatif adalah kekayaan semua orang, tinggal orang itu mau atau tidak untuk berinisiatif mengemukakan ide-idenya.
Dua, tepat waktu. Sebuah hal yang pasti untuk semua orang di dunia ini tanpa terkecuali adalah bahwa kita memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam sehari. Seorang yang menepati janji dan tepat waktu menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang memiliki kemampuan mengatur/manage sesuatu yang paling terbatas tersebut. Kemampuan untuk hadir sesuai janji adalah kunci dari semua keberhasilan, terutama keberhasilan berbisnis dan berinteraksi. Memberikan perhatian lebih terhadap waktu merupakan pencerminan dari respek terhadap diri sendiri dan kolega dan mitra kita.
Tiga, senang melayani dan memberi. Sebuah rumus sukses dari banyak orang sukses adalah mampu memimpin, namun sebuah additional attribute dari sikap kepemimpinan adalah kebiasaan melayani dan memberi. The more you give to others, the more respect you get in return. Dan, keikhlasan adalah kunci untuk sifat ini. Kebaikan lain akan terus mengalir tanpa henti saat kita mampu memberi dan melayani dengan ikhlas. Ini mungkin bisa dibilang sebagai bonus saja! Tetapi, setidaknnya dengan memberi dan melayani berarti menunjukkan kepada teman, kolega serta rekan kita betapa suksesnya diri kita sehingga membuat orang lebih yakin bermitra dan bergaul dengan diri kita.
Untuk Kreatif Butuh Pengorbanan
Banyak orang mengira, jiwa kreatif itu terlahir dari alam. Artinya,
seseorang itu menjadi kreatif atau tidak sudah ditetapkan sejak dalam
kandungan. Benarkah begitu? Sebagaimana orang punya bakat menyanyi lalu
jadi penyanyi atau orang yang sudah berbakat melukis lalu ia jadi
pelukis?
Kenyataannya, kreativitas, profesi, dan juga bakat tidaklah bisa dipandang secara absolut. Semua orang sejak ia di dalam kandungan sudah memiliki berbagai potensi. Lagi-lagi, lingkungan, orang-orang terdekat, dan momentum mengambil alih pemicu untuk tumbuh dan mekarnya beragam potensi itu. Berbicara tentang kreativitas, maka saya menyimpulkan, itu pun sudah dimiliki oleh manusia sejak lahir, siapapun orang tuanya. Namun membuat daya kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan pengorbanan orang tuanya.
Mengapa saya sebut sebagai pengorbanan? Ya, karena orang tua harus mengalihkan sudut pandang dirinya pada sudut pandang anak-anaknya, berempati dengan pemikiran-pemikiran polos mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk menyentuh wilayah-wilayah kehidupan yang lebih luas. Bukan hanya memberi mereka balok kayu berwarna-warni, puzzle beraneka motif, sepeda roda tiga yang mewah, atau aneka mainan khusus anak-anak yang bertebaran di toko; anak-anak juga membutuhkan ijin dari orang tuanya untuk mengucek adonan terigu, mengupas kulit wortel, memeras jeruk, membuat kegiatan sendiri dari dinginnya air yang dituang ke dalam wadah beraneka bentuk, dilengkapi potongan pipa bekas, sedotan jus, dan benda-benda lain yang yada di rumah.
Jika kita bertanya pada mereka apakah itu, jawabannya mungkin sangat mengejutkan: "Ini adalah pompa air Mama. Ini pipanya dan ini pompanya. Pipa ini ditahan oleh dua buah gelas supaya tidak jatuh. Tadi waktu Ade coba dengan satu gelas, pipanya jatuh Mama".
Eksperimen mereka kadang-kadang sangat cermat, dan mereka menemukan prinsip-prinsip kerja sebuah benda lewat kegiatan tidak terstruktur semacam itu. Pastinya, satu hal yang mereka butuhkan untuk melakukan semuanya, yaitu pengorbanan orang tua untuk melihat celana mereka basah, lantai di halaman depan berantakan, dan jejak-jejak kaki kecil mereka yang basah bercampur debu tak terelakkan harus membekas di ruangan tamu atau dapur kita yang bersih.
Saya bisa merasakan, bagaimana susahnya merelakan anak-anak bermain dengan cara mereka sendiri dengan bahan-bahan bermain hasil imajinasi mereka sendiri, yang sebenarnya sangat mudah dan murah. Masalahnya, kita tidak rela mengijinkan mereka menyentuhnya karena kita tak mau repot dan tak mau melihat ruangan berantakan. Tapi, setelah sekian lama saya memperhatikan perkembangan mereka, cara mereka berpikir, dan antusiasme mereka yang luar biasa saat mereka bermain dengan cara itu, saya sadar, sesungguhnya anak-anak sudah belajar banyak justru lewat kegiatan yang tak terbukukan, tidak terjadwalkan, dan tidak terkurikulumkan secara hitam putih.
Kreativitas tumbuh dari banyak mencoba dan rasa aman serta merdeka dari larangan yang berlebihan. Saya kira itulah pengorbanan terbesar buat orang tua manapun, untuk membuat anak-anak mereka mampu berpikir dan bertindak kreatif dalam menyelesaikan masalah kehidupan.
Sumber :http://nadhirin.blogspot.com/2010/04/untuk-kreatif-butuh-pengorbanan.html
Kenyataannya, kreativitas, profesi, dan juga bakat tidaklah bisa dipandang secara absolut. Semua orang sejak ia di dalam kandungan sudah memiliki berbagai potensi. Lagi-lagi, lingkungan, orang-orang terdekat, dan momentum mengambil alih pemicu untuk tumbuh dan mekarnya beragam potensi itu. Berbicara tentang kreativitas, maka saya menyimpulkan, itu pun sudah dimiliki oleh manusia sejak lahir, siapapun orang tuanya. Namun membuat daya kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan pengorbanan orang tuanya.
Mengapa saya sebut sebagai pengorbanan? Ya, karena orang tua harus mengalihkan sudut pandang dirinya pada sudut pandang anak-anaknya, berempati dengan pemikiran-pemikiran polos mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk menyentuh wilayah-wilayah kehidupan yang lebih luas. Bukan hanya memberi mereka balok kayu berwarna-warni, puzzle beraneka motif, sepeda roda tiga yang mewah, atau aneka mainan khusus anak-anak yang bertebaran di toko; anak-anak juga membutuhkan ijin dari orang tuanya untuk mengucek adonan terigu, mengupas kulit wortel, memeras jeruk, membuat kegiatan sendiri dari dinginnya air yang dituang ke dalam wadah beraneka bentuk, dilengkapi potongan pipa bekas, sedotan jus, dan benda-benda lain yang yada di rumah.
Jika kita bertanya pada mereka apakah itu, jawabannya mungkin sangat mengejutkan: "Ini adalah pompa air Mama. Ini pipanya dan ini pompanya. Pipa ini ditahan oleh dua buah gelas supaya tidak jatuh. Tadi waktu Ade coba dengan satu gelas, pipanya jatuh Mama".
Eksperimen mereka kadang-kadang sangat cermat, dan mereka menemukan prinsip-prinsip kerja sebuah benda lewat kegiatan tidak terstruktur semacam itu. Pastinya, satu hal yang mereka butuhkan untuk melakukan semuanya, yaitu pengorbanan orang tua untuk melihat celana mereka basah, lantai di halaman depan berantakan, dan jejak-jejak kaki kecil mereka yang basah bercampur debu tak terelakkan harus membekas di ruangan tamu atau dapur kita yang bersih.
Saya bisa merasakan, bagaimana susahnya merelakan anak-anak bermain dengan cara mereka sendiri dengan bahan-bahan bermain hasil imajinasi mereka sendiri, yang sebenarnya sangat mudah dan murah. Masalahnya, kita tidak rela mengijinkan mereka menyentuhnya karena kita tak mau repot dan tak mau melihat ruangan berantakan. Tapi, setelah sekian lama saya memperhatikan perkembangan mereka, cara mereka berpikir, dan antusiasme mereka yang luar biasa saat mereka bermain dengan cara itu, saya sadar, sesungguhnya anak-anak sudah belajar banyak justru lewat kegiatan yang tak terbukukan, tidak terjadwalkan, dan tidak terkurikulumkan secara hitam putih.
Kreativitas tumbuh dari banyak mencoba dan rasa aman serta merdeka dari larangan yang berlebihan. Saya kira itulah pengorbanan terbesar buat orang tua manapun, untuk membuat anak-anak mereka mampu berpikir dan bertindak kreatif dalam menyelesaikan masalah kehidupan.
Sumber :http://nadhirin.blogspot.com/2010/04/untuk-kreatif-butuh-pengorbanan.html
Motivasi Dalam Belajar
Dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar, seperti yang sudah saya bahas dalam tulisan terdahulu,
bahwa kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh
faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam
menentukan hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan
seseorang siswa untuk memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Daniel
Goleman (2004: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20%
bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan
lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient
(EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Motivasi
sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi
mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan
melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam
belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang
motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.
Motivasi
memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan
teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai
kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul
kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah
manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya.
Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih,
contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada
kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi
atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan
muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara
waktu saja. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan
akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan
tersebut (Maslow, 1954).
Dalam
implikasinya pada dunia belajar, siswa atau pelajar yang lapar tidak
akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang
bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat
berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah seorang siswa yang
merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun gurunya, maka
ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang
disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan
dihargai. Seseorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya,
maka dia akan percaya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa
mampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya. Kebutuhan yang paling utama
atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi
maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara
penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan
menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling
mendasar.
Guru
sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para
sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa
memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya.
Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah,
mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam
mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang
memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa memiliki motivasi
berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal
dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri
sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.
Siswa
yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya
sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka
sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya
sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini
merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan
kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi
kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi
dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa
lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
Berdasarkan
pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa datang ke
sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun
demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi mapun membentuk gambarang
siswa tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambarang
tentang masing-masing siswa yang lebih positif. Apabila seorang guru
suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka
siswa akn cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu
berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK
atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi turun.
Sebaliknya jika guru memberikan penhargaan, bersikap mendukung dalam
menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan
menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk
berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar.
Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang
hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan
emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.
Selasa, 13 November 2012 -
0
komentar
7 tipe teman yang wajib anda punya saat kuliah
Jika kamu menganggap dirimu sebagai mahasiswa non-sosialis, sebaiknya kamu berpikir ulang, sebab rugi banget jika kamu hanya punya segelintir teman.
Pasalnya, teman itu bukan hanya berguna untuk dimintai tolong saat susah atau mendampingimu kala kamu sendiri di kampus, tetapi juga berguna banget sebagai jaringan kamu ke depannya.
Meski demikian, kamu harus tetap hati-hati memilih teman, karena, kalau sembarang berteman dengan orang yang salah, kamu akan cenderung kerap melakukan kesalahan.
Jadi teman yang bagaimana dong yang wajib kita punya, tanpa salah pilih orang? Nah, berikut yang dikutip Her Campus:
1. Teman Lawan Jenis yang Bukan Pacar
Punya teman lawan jenis asyik banget, kamu bisa berbagi pengetahuan dan bisa melihat ide-ide dari perspektif yang berbeda. Jalinlah pertemanan dengan lawan jenis di kampus, enggak ada salahnya jika suatu saat bakal ada hubungan “dari temen jadi demen” seperti di televisi.
2. Teman Belajar
Ini penting, kamu perlu banget berteman dengan orang yang kamu anggap lebih rajin belajarnya, lebih kritis terhadap materi kuliah, dan orang rajin mengerjakan tugas. Percaya atau enggak, temanmu itu akan mempengaruhi nilai IPK-mu loh, sebab, yang namanya teman pasti akan saling mengingatkan, hal itu bisa berarti kamu punya “alarm” pengingat mana kala mood belajar menghilang.
3. Teman Hang Out
Ketika pilih teman untuk bersosial seperti hang out di cafe atau sekedar makan di resto yang baru buka, pastikan temanmu bukan tipe orang yang senang ke tempat club atau semacamnya. Ingat, pengaruh teman sangat kuat, terlalu banyak hang out tidak baik untuk perkuliahanmu, dan kantongmu tentunya.
4. Teman Lama dengan Silaturahmi yang Terpelihara
Punya teman dekat ketika sekolah dulu? Ada baiknya jika kamu tetap memelihara silaturahmi dengan mereka. Pasalnya, tidak semua hal yang terjadi di kehidupan kampusmu bisa kamu ceritakan dengan teman-teman di kampus. Untuk itulah peran teman-teman lamamu, untuk curhat dan kangen-kangenan.
5. Teman yang Paham Cara Berpakaian
Penting banget nih untuk perempuan, kamu bisa belajar banyak mengenai bagaimana cara berpakaian yang baik dari temanmu loh. Enggak hanya itu, mungkin kamu juga diajarkan untuk menghemat uangmu untuk membeli pakaian yang bagus lagi awet. Untuk pria, kamu bisa minta tips dari teman yang satu ini bagaimana cara memikat gebetanmu dengan berpakaian yang lebih baik.
6. Teman dengan Kesukaan yang Beda
Jika kamu nyaman dengan teman yang memiliki banyak kesamaan, coba mulai sekarang cari teman yang punya kesukaan yang berbeda denganmu 180 derajat, dan lihat bagaimana serunya, dan belajar betapa beragamnya karakter manusia melalui hal yang dia suka.
7. Teman yang Jujur
Penting banget punya teman yang jujur dan apa adanya. Memang sih, kadang kata-katanya begitu polos sehingga menyakitkan hatimu, tetapi siapa yang bisa mengoreksi dan mengkritisimu selain orang yang jujur? Ingat loh, kejujuran memang pahit, tapi itu akan membuatmu mengevaluasi diri lebih sering.
Minggu, 11 November 2012 -
0
komentar
PERBEDAAN POLA PIKIR
Suatu kali, sebuah keluarga yang cukup harmonis mengalami ujian yang cukup sulit. Sang ayah
yang merupakan pencari nafkah satu-satunya, sakit keras. Karena itulah, sang ibu dan dua anak
kembar mereka yang masih berusia belasan, terpaksa harus bekerja keras. Sang ibu membuat
kue, dan kedua anak mereka menjualnya sembari berangkat ke sekolah.
Dalam masa enam bulan itu, kondisi sang ayah terus memburuk. Hingga suatu hari, ia
memanggil istri dan kedua anak kesayangannya. “Istriku, waktuku sepertinya sudah tak lama
lagi. Terima kasih sudah mendampingiku selama ini dan mendidik kedua anak kita dengan baik.
Tolong jaga mereka,” kata sang ayah. “Anakku yang sangat kusayangi. Aku juga berpesan dua
hal kepada kalian. Pertama, jangan pernah menagih piutang kalian. Kedua, jangan biarkan diri
kalian terbakar sinar matahari.”
Kedua anak itu saling berpandangan. Mereka pun bertanya, ”Apa maksud ucapan Ayah?”
Namun belum sempat dijawab, sang ayah sudah mengembuskan napas terakhirnya. Mereka
pun menangisi kepergian orang yang sangat mereka cintai, sembari memikirkan, apa maksud
pesan terakhir sang ayah.
Waktu berganti, tahun-tahun pun berlalu. Kedua pemuda kembar itu telah berpisah untuk
mencari jalan hidupnya masing-masing. Hingga suatu hari, ibu mereka berniat untuk
mengunjungi kedua anaknya yang tinggal berjauhan.
Kali pertama, sang ibu mendatangi anak kedua. Saat itu, ia baru tahu, mengapa anak keduanya
kerap mengeluh di surat yang selalu dikirimnya. Dia hidup miskin, tubuhnya kurus kering. Ia pun
bertanya, “Anakku, mengapa kamu bisa mengalami kondisi seperti ini?” tanyanya.
“Ibu… saya hanya menjalankan pesan ayah.” Jawabnya. “Yaitu, jangan pernah menagih
piutang dan jangan sampai terbakar matahari. Pesan pertama saya laksanakan! Setiap ada
yang berutang, saya tak pernah menagihnya kecuali mereka sendiri yang membayar. Dan, itu
membuat banyak orang yang berutang malah tak pernah membayar. Yang kedua, karena tak
boleh terbakar sinar matahari, ketika sedang ada uang, saya gunakan semuanya untuk membeli
mobil sendiri. Akibatnya, saat ini uang saya tidak pernah cukup,” sebut si anak kedua memelas.
Si ibu yang kasihan, lantas meminta si anak kedua ikut kembali tinggal bersamanya. Namun,
sebelum itu, ia ingin menemui anak pertamanya. Ternyata, dia hidup sukses dan bahagia.
Apa yang membuat kondisi anak pertama sangat berbeda dengan anak kedua? Si anak pertama
pun menjawab, “Ibu, saya hanya menjalankan pesan yang diberikan ayah dulu. Waktu itu, ayah
meminta saya tidak boleh menagih piutang. Maka, saya pun berusaha semaksimal mungkin
tidak pernah membiarkan orang berutang. Untuk setiap barang yang saya jual, saya wajibkan
untuk bayar di awal. Kemudian untuk mematuhi pesan kedua, saya selalu pergi pagi-pagi sekali
dan baru pulang saat sudah malam. Saya pun bisa memaksimalkan waktu untuk bisa mencapai
hasil hingga seperti sekarang.”
Netter yang LuarBiasa,
Dalam kisah ini, sangat jelas bahwa pola pikir (positif atau negatif) akan memberi dampak yang
berbeda pula.
Hal yang sama bisa terjadi pada kita. Suatu kondisi dan keadaan yang menimpa (misalnya krisis)
akan memberi hasil yang berbeda jika kita bisa mengubah sudut pandang menjadi lebih positif.
Sebab, dengan pola pikir yang positif, kita akan mempunyai cara berpikir yang lebih luas untuk
memperbaiki keadaan. Saat gagal, bisa menjadi momen untuk belajar memperbaiki apa yang
salah. Saat terjatuh, bisa menjadi masa mengevaluasi diri agar mampu bangkit lagi.
Mari, kita perbaiki sudut pandang kita terhadap segala hal yang kita jumpai, dengan pola pikir
yang selalu positif. Sehingga, setiap hasil apa pun yang kita dapati, dapat menjadi hal yang
selalu penuh arti.
SOCIAL NETWORK
Situs Social Network (Jejaring Sosial) merupakan
situs pertemanan komunitas online dimana kita bisa mengetahui kegemaran /
kegiatan teman kita dengan dia mengupdate status nya dan bisa berkomentar
dengan apa yang mereka kerjakan.
Jejaring sosial adalah struktur sosial yang
terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan
jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka
yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh
profesor J.A. Barnes di tahun 1954.
Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang
dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang
diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide,
teman, keturunan, dll.
Sebuah jasa jaringan sosial di Internet akan
memfokuskan dari untuk membangun komunitas (manusia) secara online untuk
berbagai kesukaan, hobby, dan aktifitas. Kebanyakan jasa jaringan sosial
berbasis Web dan memberikan berbagai cara untuk pengguna berinteraksi, mulai
dari e-mail hingga Internet Messaging.
Jaringan sosial telah membuat cara baru yang
sangat dahsyat untuk berkomunikasi dan berbagi informasi. Situs jaringan sosial
digunakan oleh jutaan manusia.Tipe utama jasa jaringan sosial biasanya berupa
daftar / direktori yang berbasis pada kategori, misalnya, alumni sebuah
sekolah, atau teman sekelas, sebagai cara untuk tetap berhubungan antar teman,
atau sebuah sistem rekomendasi yang dihubungkan berdasarkan kepercayaan
(trust).
Metoda yang populer menggabungkan ke dua tipe
jaringan ini. Jaringan sosial yang banyak digunakan di Amerika Serikat adalah
MySpace dan Facebook. Di Eropa lebih banyak digunakan MySpace, Facebook dan
Hi5. Sementara di Amerika Selatan dan Amerika Tengah lebih banyak menggunakan
Orkut dan Hi4. Di Asia dan Pasifik lebih banyak menggunakan Friendster, Orkut
dan Cyworld.
Sekarang ini semakin banyak para peneliti dan
akademisi yang mulai mempelajari jaringan sosial, seperti, Facebook, terutama
untuk melihat dampak yang akan terjadi pada masyarakat. Beberapa isu yang
banyak di teliti adalah,
- Kepribadian
- Privasi
- Kapital sosial.
- Penggunaan untuk remaja.
Situs Social Network (Jejaring Sosial) yang tumbuh
berkembang seperti Friendster, Facebook, MySpace, Twitter, Nexopia, Orkut,
dol2day, dll. Situs-situs Social Network (Jejaring Sosial) tersebut mempunyai
jutaan mamber dan visitor. Berdasarkan sumber comScore Media Metrix, di Asia
Friendster memiliki lebih dari 32 juta unique visitor, MySpace.com memiliki
lebih dari 15 juta unique visitor, dan Facebook memiliki lebih dari 14 juta
unique visitor per bulannya. Pada Facebook, pada tahun 2007, terdapat
penambahan 200 ribu account baru perharinya. Lebih dari 25 juta user aktif
menggunakan Facebook setiap harinya. Rata-rata user menghabiskan waktu sekitar
19 menit perhari untuk melakukan berbagai aktifitas di Facebook.
Begitu besarnya jumlah member dan visitor yang
terdapat pada Situs Social Network (Jejaring Sosial) dapat dilihat sebagai
potensi pasar yang dapat dimanfaatkan sebagai media atau sarana pemasaran.
6)Situs Social Network (Jejaring Sosial) sebagai media atau sarana pemasaran
dikenal istilah online cost per click (CPC), cost per M-impression (CPM) atau
cost per action (CPA) untuk menentukan pilihan tarif iklan.
Dominasi social networks dalam merangkul penggunanya
mengalami peningkatan signifikan, facebook dan twitter menjadi jejaring sosial
yang paling banyak diminati, tentu saja nama-nama lain seperti tagged, myspace
bahkan friendster layak ditempatkan diurutan terdepan. Disebabkan sifat dan
karakteristik facebook dan twitter yang terlampau umum dan biasa, dapat
menerima pendaftarnya secara universal, maka dari itu hadirlah beberapa
jejaring sosial yang penggunanya memiliki karakter tertentu, menyangkut hobi,
kegiatan, kreatifitas, keahlian, tampilan fisik bahkan golongan tertentu.
Gagasan yang beragam dari masing-masing pendiri
jejaring sosial ini, mampu meningkatkan kemajuan komunitasnya yang bisa dilihat
dari semakin bertambahnya anggota yang bergabung. Dengan wadah seperti inilah
tujuan, karakter gaya hidup dan ide tersalurkan secara tepat sasaran
walau
jejaring sosial ini terkesan aneh, konyol bahkan dianggap gila dan
diskriminatif, tapi itulah suatu keunikan yang membedakannya dengan social
networks biasa.
Social Networking atau Jaringan Sosial merupakan
konsep pengembangan yang bisa dimanfaatkan didalam dunia pendidikan. Social
networking diaplikasikan kedalam bentuk situs jejaring sosial. Selain berguna
untuk menjalin silaturrahim juga berguna untuk menunjang didalam meningkatkan
efektifitas belajar. Bentuk social networking ini dapat dikembangkan dengan
cara membentuk komunitas berupa kelompok belajar dan diskusi sesuai dengan
minat dan bidang orang-orang yang terlibat didalamnya.
Situs social networking atau dengan istilah lainnya
situs jejaring sosial terus melakukan pengembangan. Kita bisa memanfaatkan
situs jejaring sosial seperti facebook (http://www.facebook.com), My Space (http://www.
myspace.com), Friendster (http://friendster.com), Library Thing (http://www. librarything.com).Situs-situs
ini bisa dimanfaatkan bukan hanya untuk berinteraksi dengan teman, tetapi lebih
dari itu dapat dimanfaatkan sebagai tempat berdiskusi kelompok belajar, tugas,
ataupun berbagi informasi terbaru.
Jaringan komputer
Definisi
Jaringan komputer
Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan
peralatan lainnya yang terhubung. Informasi dan data bergerak melalui
kabel-kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling
bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan bersama sama
menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Tiap komputer,
printer atau periferal yang terhubung dengan jaringan disebut node.
Menurut Tannebaum (1981) jaringan komputer adalah an
interconnected colection of autonomous computers (suatu kumpulan interkoneksi
dari komputer-komputer yang otonom). Sebuah jaringan komputer dapat memiliki
dua, puluhan, ribuan atau bahkan jutaan node. Sebuah jaringan biasanya terdiri
dari 2 atau lebih komputer yang saling berhubungan diantara satu dengan yang
lain, dan saling berbagi sumber daya misalnya CD-ROM, Printer, pertukaran file,
atau memungkinkan untuk saling berkomunikasi secara elektronik. Komputer yang
terhubung tersebut, dimungkinkan berhubungan dengan media kabel, saluran
telepon, gelombang radio, satelit, atau sinar inframerah.
Fungsi Jaringan Komputer
- Membagi
sumber daya
Jaringan
komputer dapat digunakan sebagai sarana untuk membagi sumber daya. Sumber daya
tersebut bisa berupa printer, atau sumber daya berupa data-data, bahkan
software. Dengan adanya jaringan komputer maka sumber daya dapat dikurangi.
-
Reliabilitas tinggi
Jaringan komputer memungkinkan kita untuk mengkopi data-data ke dua atau tiga, komputer bahkan lebih. Dengan demikian apabila komputer salah satu komputer rusak, data-data yang didalamnya hilang, kita masih dapat mengunakan data yang tersimpan di komputer lain.
Jaringan komputer memungkinkan kita untuk mengkopi data-data ke dua atau tiga, komputer bahkan lebih. Dengan demikian apabila komputer salah satu komputer rusak, data-data yang didalamnya hilang, kita masih dapat mengunakan data yang tersimpan di komputer lain.
- Menghemat
uang
Dengan menggunakan jaringan komputer, perusahaan dapat menghemat peralatan yang harus digunakan, misalnya printer. Dengan adanya jaringan komputer satu printer dapat di gunakan oleh lebih dari satu komputer.
Dengan menggunakan jaringan komputer, perusahaan dapat menghemat peralatan yang harus digunakan, misalnya printer. Dengan adanya jaringan komputer satu printer dapat di gunakan oleh lebih dari satu komputer.
- Sarana
komunikasi
Jaringan komputer dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi misalnya memberikan pengumuman rapat kepada karyawan, jadi pimpinan tidak perlu repot mencetak pengumuman. Pimpinan tinggal mengirimkan pengumuman kepada karyawan dengan jaringan komputer.
Jaringan komputer dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi misalnya memberikan pengumuman rapat kepada karyawan, jadi pimpinan tidak perlu repot mencetak pengumuman. Pimpinan tinggal mengirimkan pengumuman kepada karyawan dengan jaringan komputer.
Tujuan
Jaringan Komputer
- Membagi
sumber daya
misalnya : membagi printer, CPU, memori, ataupun harddisk.
misalnya : membagi printer, CPU, memori, ataupun harddisk.
- Komunikasi
misalnya : e-mail, instant messanging dan chatting.
misalnya : e-mail, instant messanging dan chatting.
- Akses
informasi
misalnya : web browsing, (http://ID .wikipedia.org/wiki/Jaringan_komputer).
misalnya : web browsing, (http://ID .wikipedia.org/wiki/Jaringan_komputer).
-
Half-duplex
Dalam operasi ini, kedua stasiun mungkin melakukan pengiriman, tapi tidak bisa bersamaan melainkan beroperasi gantian. Pada sistem ini aliran informasi dapat terjadi kedua arah tetapi tidak dapat bersamaan.
Dalam operasi ini, kedua stasiun mungkin melakukan pengiriman, tapi tidak bisa bersamaan melainkan beroperasi gantian. Pada sistem ini aliran informasi dapat terjadi kedua arah tetapi tidak dapat bersamaan.
-
Full-duplex
Dalam operasi full-duplex, kedua stasiun mungkin mentransmisi secara serentak. Pada sistem ini aliran dapat terjadi kedua arah pada saat yang bersamaan. Sistem ini dapat terjadi hanya menggunakan sebuah saluran komunikasi data atau dengan menggunakan dua saluran komunikasi data.
Dalam operasi full-duplex, kedua stasiun mungkin mentransmisi secara serentak. Pada sistem ini aliran dapat terjadi kedua arah pada saat yang bersamaan. Sistem ini dapat terjadi hanya menggunakan sebuah saluran komunikasi data atau dengan menggunakan dua saluran komunikasi data.
Langganan:
Postingan (Atom)